Rabu, 26 November 2008
Nasibku begitu malang,meskipun tinggal di malang kenapa nasibku ikut malang bGini ya?
Sampai kapan nasibku mujur?
Apa yang harus aku lakukan?
Ayah....Bunda....aku sudah lama memendam perasaan ini,aku dari dulu tidak ada keberanian untuk memberitahu kabar ini,
”yaH...Bun...Sampai kapan aku begini?kuatkah aku sampai lulus tetep di sini?
Aku sudah tidak kuat ayah?kenapa engkau tidak mengizinkan aku?
Kenapa engaku enGgak percaya sama anakmu ini?
Aku ngerti engkau Khawatir dengan anak perempuanmu ini,,,,
Khawatir disana sendiri,,makan minum belajar semua sendiri.....Tapi aku sudah ngerti ayah apa resikonya....ketimbang aku disini tertekan begini truz2an....
Aku mending kabur saja ayah....Tp aku tidak tega melihat ayah ibu,aku takut ayah ibu hanya gara2 aku kabur ntr sakit,aku Ga’ mw itu terjadi .
Teruz sampai kapan NasibKu begini...
Aku sering sakit-sakitan,,jarang masuk sekolah,aku ketinggalan pelajaran dengan teman2Q ayah…bunda....
Aku mohon turuti permintaanku ini,sampai kapanpun aku tetep berharap untuk diizinkan permintaanku ini ayah bunda.....
Nasibku.....kenapa engkau datang sekarang.....
Kapan orang tua aku mengizinkan aku
Aku pengen cepat bisa masuk sekolah lagi.....
Aku sudah ketinggalan banyak pelajaran.....
Bagaimana mau berprestasi?????
Sebenarnya aku juga tidak tega melihat ayah ibu terus-terusan sedih hanya memikirkan AKU yang G nurut ma ayah ibu....
tapi yah,,bu,,,Mohon izinkanlah aku ini,,,
sekali lagi izinkan aku ayah bunda...
Aku bakal janji tidak akan mengulang perbuatan aku ini,,,,
Kalo ayah ibu sudah mengizinkan aku,aku bakal janji akan membahagiakan ayah ibu…
Semua Paragrap yang di sembunyikan
Sampai kapan nasibku mujur?
Apa yang harus aku lakukan?
Ayah....Bunda....aku sudah lama memendam perasaan ini,aku dari dulu tidak ada keberanian untuk memberitahu kabar ini,
”yaH...Bun...Sampai kapan aku begini?kuatkah aku sampai lulus tetep di sini?
Aku sudah tidak kuat ayah?kenapa engkau tidak mengizinkan aku?
Kenapa engaku enGgak percaya sama anakmu ini?
Aku ngerti engkau Khawatir dengan anak perempuanmu ini,,,,
Khawatir disana sendiri,,makan minum belajar semua sendiri.....Tapi aku sudah ngerti ayah apa resikonya....ketimbang aku disini tertekan begini truz2an....
Aku mending kabur saja ayah....Tp aku tidak tega melihat ayah ibu,aku takut ayah ibu hanya gara2 aku kabur ntr sakit,aku Ga’ mw itu terjadi .
Teruz sampai kapan NasibKu begini...
Aku sering sakit-sakitan,,jarang masuk sekolah,aku ketinggalan pelajaran dengan teman2Q ayah…bunda....
Aku mohon turuti permintaanku ini,sampai kapanpun aku tetep berharap untuk diizinkan permintaanku ini ayah bunda.....
Nasibku.....kenapa engkau datang sekarang.....
Kapan orang tua aku mengizinkan aku
Aku pengen cepat bisa masuk sekolah lagi.....
Aku sudah ketinggalan banyak pelajaran.....
Bagaimana mau berprestasi?????
Sebenarnya aku juga tidak tega melihat ayah ibu terus-terusan sedih hanya memikirkan AKU yang G nurut ma ayah ibu....
tapi yah,,bu,,,Mohon izinkanlah aku ini,,,
sekali lagi izinkan aku ayah bunda...
Aku bakal janji tidak akan mengulang perbuatan aku ini,,,,
Kalo ayah ibu sudah mengizinkan aku,aku bakal janji akan membahagiakan ayah ibu.
Senin, 03 November 2008
PUASA, KESUCIAN DAN TANGGUNG JAWAB PRIBADI
Sebuah Hadits menuturkan tentang adanya firman Tuhan (dalam
bentuk Hadits Qudsi): "Semua amal seorang anak Adam (manusia)
adalah untuk dirinya kecuali puasa, sebab puasa itu adalah
untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan memberinya pahala." [7]
Berkaitan dengan ini Ibn al-Qayyim al-Jawzi memberi penjelasan
bahwa puasa itu
... adalah untuk Tuhan seru sekalian Alam, berbeda dari
amal-amal yang lain. Sebab seseorang yang berpuasa tidak
melakukan sesuatu apa pun melainkan meninggalkan
syahwatnya, makanannya dan minumannya demi Sesembahannya
(Ma'bududu, yakni,Tuhan-NM). Orang itu meninggalkan
segala kesenangan dan kenikmatan dirinya karena lebih
mengutamakan cinta Allah dan ridla-Nya. Puasa itu
rahasia antara seorang hamba dan Tuhannya, yang orang
lain tidak mampu melongoknya. Sesama hamba mungkin dapat
melihat seseorang yang berpuasa meninggalkan segala
sesuatu yang membatalkan makan, minum, dan syahwatnya
demi Sesembahannya, maka hal itu merupakan perkara yang
tidak dapat diketahui sesama manusia. Itulah hakikat
puasa.[8]
Jadi salah satu hakikat ibadah puasa ialah sifatnya yang
pribadi atau personal, bahkan merupakan rahasia antara seorang
manusia dengan Tuhannya. Dan segi kerahasiaan itu merupakan
letak seorang manusia dengan Tuhannya. Dan segi kerahasiaan
itu merupakan letak dan sumber hikmahnya, yang kerahasiaan itu
sendiri terkait erat dengan makna keikhlasan dan ketulusan.
Antara puasa yang sejati dan puasa yang palsu hanyalah
dibedakan oleh, misalnya, seteguk air yang dicuri minum oleh
seseorang ketika ia berada sendirian.
Puasa benar-benar merupakan latihan dan ujian kesadaran akan
adanya Tuhan yang Maha Hadir (Ompnipresent), dan yang mutlak
tidak pernah lengah sedikitpun dalam pengawasan-Nya terhadap
segala tingkah laku hamba-hamba-Nya. Puasa adalah penghayatan
nyata akan makna firman bahwa "Dia (Allah) itu bersama kamu
dimana pun kamu berada, dan Allah itu Maha Periksa akan segala
sesuatu yang kamu perbuat." [9] "Kepunyaan Allah-lah timur dan
barat; maka ke mana pun kamu menghadap, di sanalah Wajah
Allah." [10] "Sungguh Kami (Allah) telah menciptakan manusia,
dan Kami mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya Kami
lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya sendiri." [11]
"Ketahuilah olehmu sekalian bahwa Allah menyekat antara
seseorang dan hatinya sendiri..." [12]
Di atas telah dikutip penjelasan seorang pemikir klasik Islam
(Salaf) yang hidup sekitar tujuh abad yang lalu, yaitu Ibn
Qayyim al-Jawzi (wafat pada tahun 751 H). Penjelasan serupa
juga dikemukakan oleh 'Ali Ahmad al-Jurjawi, seorang tokoh
pemikir Islam di Zaman Modern dari Mesir. Dalam uraiannya
tentang hikmah puasa, antara lain ia katakan:
Puasa adalah sebagian dari sepenting-penting syar'i
(manifestasi religiositas) dan seagung-agung qurbat
(amalan mendekatkan diri kepada Tuhan). Bagaimana tidak,
padahal puasa itu adalah rahasia antara seorang hamba
dan Tuhannya, yang tidak termasuki oleh sikap pamrih.
Seseorang (yang berpuasa) menahan dirinya dari
syahwatnya dan kesenangannya sebulan penuh, yang dibalik
itu ia tidak mengharapkan apa apa kecuali Wajah Allah
Ta' ala. Tidak ada pengawas atas dirinya selain Dia.
Maka hamba itu mengetahui bahwa Allah mengawasinya dalam
kerahasiaan (privacy)-nya dan dalam keterbukaan -
(publicity)-nya. Maka ia pun merasa malu kepada Tuhan
Yang Maha Agung itu untuk melanggar
larangan-larangan-Nya, dengan mengakui dosa, kezaliman,
dan pelanggaran larangan (yang pernah ia lakukan). Ia
merasa malu kepada Allah jika nampak oleh-Nya, bahwa ia
mengenakan baju kecurangan, penipuan dan kebohongan.
Karena itu ia tidak berpura-pura, tidak mencari muka,
dan tidak pula bersikap mendua (munafik). Ia tidak
menyembunyikan persaksian kebenaran karena takut
kekuasaan seorang pemimpin atau pembesar. [13]
Sabtu, 01 November 2008
Angan Ku
andai ku dapat memeluk mu kembali....
takkan pernah kulepas lagi dekapan ku dari mu..
bila ku dapat menggenggam tangan mu kembali..
takkan ku biarkan kau pergi lagi dari ku...
jika ku tahu kamu kan sejauh ini dari ku..
aku kan mengikuti kemana pun pergimu..
biar ku dapat terus menatap wajah mu
melihat senyummu
tertawa bersamamu..
lagi...
hanya andai...
hanya biila..
hanya jika..
hanya angan ku...
sebatas angan.....
sObat...Kapan EngKau biSa Hadir Untuk BrTeMu KmBali...