Template by:
Free Blog Templates

Minggu, 11 Januari 2009

Berfatwa Tentang Agama, Bahaya Jika Tanpa Ilmu

Termasuk kesalahan besar apabila seseorang mengatakan sesuatu itu halal, padahal dia tidak tahu hukum Allah tentang itu. Atau mengatakan sesungguhnya ini haram, padahal dia belum tahu hukum Allah tentang perkara itu. Atau mengatakan ini wajib, itu sunah, ini dari Islam, padahal dia masih samar dalam masalah tersebut. Hingga mungkin akan sebaliknya, apa yang dia katakan wajib, sebenarnya di sisi Allah tidak wajib. Dan yang dikatakan dari Islam, ternyata bid’ah, dan yang dikatakan bid’ah , justru itulah Islam. Jadinya kacau. Maka berbahaya sekali seseorang yang berfatwa tanpa ilmu, di mana dia akan sesat dan menyesatkan orang banyak, dan secara tidak langsung atau langsung dia telah menjadikan bagi Allah sekutu (dalam membuat syariat Islam). Firman Allah: “Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diijinkan Allah?” (Asy Syura: 21).
Apakah mereka tidak tahu, di saat memberi fatwa yang menyesatkan orang dengan menghalalkan yang diharamkan Allah atau mengharamkan yang dihalalkan Allah, bahwa dosanya akan kembali kepada mereka dari orang-orang yang tersesat dengan fatwanya yang tanpa ilmu tersebut ? Karena besarnya bahaya fatwa tanpa ilmu, maka Allah mensejajarkan perbuatan berkata/berfatwa atas nama Allah tanpa ilmu- itu, dengan syirik. Firman Allah Ta’ala: “Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui”. (Al A’raaf: 33).
Sesungguhnya ada sebagian kaum muslimin yang karena keberaniannya, ketidakshalihan dan tidak adanya malu kepada Allah dan tidak takut kepadaNya, mengatakan sesuatu yang jelas haram, dia katakan makruh. Atau hal yang jelas wajib dia katakan sunnah. Entah karena kebodohannya atau karena kesengajaannya. Atau membuat keragu- raguan kepada kaum muslimin mengenai syariat Allah.


Sikap orang yang berakal dan beriman, takut kepada Allah dan mengagungkanNya dalam mengatakan sesuatu yang belum diketahui adalah dengan ucapan “Saya tidak tahu, akan saya tanyakan kepada yang lain”. Sikap itu merupakan akhlaq orang yang sempurna akalnya, dan dengan demikian ia sendiri telah bisa mengukur dan mengakui seberapa kemampuannya.
Coba kita perhatikan sikap Rasulullah, seorang hamba Allah yang paling tahu tentang agama Allah- di saat beliau ditanya oleh para shahabat tentang roh dan tentang hari Kiamat. Apa jawaban beliau ? Beliau menunggu jawaban dari Allah yang berupa wahyu, dan tidak langsung dijawab dengan tanpa ilmu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Firman Allah Ta’ala: “Mereka menanyakan kepadamu tentang Kiamat: “Bilakah terjadinya ?” Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu adalah pada sisi Rabbku, tidak seorangpun yang bisa menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia”. (Al A’raaf: 187).
Untuk lebih jelasnya perhatikan perkataan Ibnu Mas’ud berikut ini: “Wahai para manusia, barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu yang dia ketahui, maka katakanlah (jelaskan). Dan barangsiapa yang tidak mengetahui tentang ilmu itu, maka supaya mengatakan, “Allah yang lebih tahu (Allahu a’lam)”. Sesungguhnya sebagian dari kehati-hatian orang yang berilmu adalah mengatakan sesuatu yang belum diketahui dengan perkataan : “Allah yang lebih tahu”.

Sabtu, 10 Januari 2009

Partai Politik dan Kaderisasi Pemimpin Nasional

Pada bulan Mei tahun 1998, tonggak demokrasi di Indonesia resmi ditancapkan. Mundurnya Soeharto dari kursi kepresidenan menandai dimulainya babak baru kehidupan politik di negeri ini. Harapan akan terciptanya kehidupan politik nasional yang demokratis begitu kuat menancap dibenak publik. Euforia politik yang mewarnai masa-masa itu diwujudkan melalui pendirian partai politik yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan. Semua berlomba untuk mengisi kevakuman pemimpin nasional.

Di dalam ilmu politik, partai politik mempunyai peranan yang sangat besar di dalam menjamin kelancaran proses politik di dalam sebuah sistem demokrasi perwakilan. Partai politik merupakan agen demokratisasi di dalam sebuah sistem politik yang demokratis. Dalam definisinya, partai politik adalah kumpulan orang-orang yang terikat oleh ideologi tertentu dan mempunyai tujuan kolektif untuk memenangkan pertarungan kekuasaan melalui pemilihan umum. Menjadi penguasa adalah tujuan utama didirikannya sebuah partai politik.



Sebagai agen demokrasi, partai politik mempunyai tugas yang tidak ringan. Selain mempunyai tujuan utama untuk memenangi pertarungan perebutan kekuasaan, partai politik mempunyai tanggung jawab besar untuk memberikan pendidikan politik kepada publik, sosialisasi kebijakan pemerintah dan juga kaderisasi pemimpin melalui proses rekrutmen politik.

Semua tanggung jawab ini sangat penting untuk bisa diemban dengan baik oleh partai politik apabila proses demokratisasi di Indonesia benar-benar bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dua pemilihan umum yang diselenggarakan secara demokratis (tahun 1999 dan 2004) telah menjadi tempat seleksi alam bagi partai politik. Partai yang besar dan kuat akan tetap hidup sementara yang kecil dan lemah (partai gurem) akan tersingkir dengan sendirinya. Terbukti, dari puluhan partai politik yang ada, hanya ada beberapa partai politik yang berhasil memenuhi ambisinya untuk memenangi pertarungan perebutan kekuasaan. Partai Golkar, PDIP, PKB, PPP, PAN, PKS dan Partai Demokrat adalah tujuh partai politik yang berhasil mendominasi peta politik nasional di badan legislatif dan eksekutif.

Kemenangan ini bukan otomatis berarti selesainya tugas partai politik. Kemenangan di dalam pemilihan umum hanyalah langkah awal dari proses yang panjang. Penyaluran aspirasi konstituen dan merubahnya menjadi kebijakan publik yang bertanggung jawab menjadi tugas utama para pemegang kekuasaan. Selain itu, ada tugas yang tak kalah penting yang harus diemban oleh partai politik: kaderisasi pemimpin masa depan.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, salah satu tugas utama partai politik adalah melakukan kaderisasi pemimpin masa depan melalui proses rekrutmen politik. Tugas ini sangat penting untuk dilakukan demi menjaga kesinambungan kepemimpinan dari satu generasi ke generasi yang lain. Apabila proses kaderisasi ini macet, maka transfer kepemimpinan dari generasi tua kepada generasi yang lebih muda juga akan macet.

Survei nasional yang dilaksanakan oleh Lembaga Riset Informasi (LRI) pada bulan Desember 2007 lalu (johanspolling) berusaha memotret peran partai politik di dalam menjalan fungsinya sebagai agen demokrasi. Peranan ketua umum tujuh partai politik yang selama ini mendominasi peta politik nasional dalam melakukan kaderisasi di partai politik yang mereka pimpin dijadikan tolok ukur keberhasilan proses kaderisasi pemimpin nasional di Indonesia.

Jeddah, 9/1 (MCH) -- Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi dan Kesultanan Oman Salim Segaf Al Jufri mengatakan pemerintah Indonesia masih berusaha melakukan negosiasi dengan pemerintah Arab Saudi terkait pemberlakuan kebijakan baru di negara itu yang mewajibkan jemaah haji menggunakan paspor internasional.
"Kita akan melakukan pertemuan-pertemuan dengan pemerintah Arab Saudi untuk membahas masalah itu," katanya usai melepas keberangkatan jemaah haji kelompok terbang terakhir di Terminal Haji Bandara Raja Abdul Aziz Jeddah, Jumat petang.
Selama ini, berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku di tanah air, jemaah haji Indonesia menggunakan paspor khusus berwarna coklat yang dibuat untuk memudahkan pengawasan dan pendataan jemaah.


Namun Kementerian Urusan Haji Arab Saudi pada 3 Desember 2008 mengeluarkan peraturan baru yang mewajibkan seluruh jemaah haji menggunakan paspor internasional. Di Indonesia paspor internasional sampul luarnya berwarna hijau. Peraturan baru itu diberlakukan mulai tahun 1430 Hijriyah atau tahun 2009.
"Tapi mudah-mudahan pemerintah Arab Saudi memberikan kelonggaran kepada Indonesia mengingat jemaah haji kita termasuk yang paling banyak. Saya yakin pemerintah Arab Saudi akan memberikan perhatian khusus kepada kita dalam masalah ini," demikian Salim Segaf Al Jufri.***

Jakarta, Kominfo Newsroom -– Data Sistim Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Departemen Agama mencatat 141 jamaah haji Indonesia meningal dunia termasuk 30 jamaah haji yang meninggal setelah prosesi puncak ibadah haji, wukuf di Arafah.
Menurut salah seorang dokter kesehatan seperti dilaporkan siaran pers Humas Depag, para jamaah yang wafat pasca arafah ini kebanyakan disebabkan penyakit jantung dan penyakit bawaan dari tanah air yang kambuh akibat perjalanan berat di Armina.
Sehubungan dengan semakin banyaknya jamaah haji Indonesia yang meninggal dunia saat menjalankan ibadah haji, Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni mengatakan akan mengkaji usia persyaratan haji tahun depan bersama dengan departemen terkait.
Menag di sela-sela peninjauan proses pelaksanaan ibadah haji di Mina, Arab Saudi, Senin (8/12) malam waktu Saudi mengatakan, berdasarkan hasil evaluasi Depag, dari korban meninggal dunia sebagian besar berusia lanjut serta mempunyai penyakit bawaan.


Menurut Menag, tidak akan ada pembatasan umur untuk berhaji, hanya saja kriteria kesehatan harus diubuat secara tegas mengenai siapa saja yang boleh berangkat dan tidak.
''Kalau Qatar itu membatasai umur 60 tahun tidak boleh berangkat. Kalau saya, tidak. saya umur 60 tahun lebih masih sehat kok. hanya saja perlu ada kriteria yang tegas. Orang yang sakit itu kan sudah tergolong tidak mampu,'' kata Maftuh.
Dilaporkan, hampir 5 menit sekali terdapat jemaah haji yang dibawa ke rumah sakit darurat karena sakit. Tercatat sudah 70 orang lebih jemaah haji Indonesia dirawat di rumah sakit.
Saat ini jamaah haji Indonesia sudah memasuki Mina sejak pukul 00.00 WAS Senin (8/12) malam dan para jamaah haji yang meninggalkan padang Arafah setelah magrib langsung menuju Muzdalifah pada 7 Desember malam untuk mabit. Setelah pukul 00.00 masuk tanggal 8 para jamaah langsung diangkut menuju Mina untuk melempar jumrah aqobah.
Rencananya para jamaah haji indonesia yang berjumlah sekitar 210 ribu jamaah akan berada di Mina selama 3 hari sampai tanggal 11 desember untuk melakukan prosesi melempar jumroh ula, wusto, dan aqobah. (T.Kus/id/c)

PENYIKAPAN TERHADAP AKHIRAT (MEREMEHKAN)

Allah SWT. berfirman: Artinya: Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja." Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?". (Bukan demikian), yang benar, barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya" (QS Al-Baqarah 80-81).
Inilah sikap mereka yaitu Yahudi terhadap akhirat, lebih khusus lagi terhadap neraka. Mereka meremehkan siksa api neraka. Dan ternyata penyakit ini juga banyak menimpa umat Islam. Sebagian umat Islam yang meremehkan siksa api neraka membuat mereka melalaikan kewajiban Islam, seperti menegakkan shalat, zakat, puasa, haji, menutup aurat dll. Pada saat yang sama mereka juga tidak takut berbuat dosa. Inilah fenomena potret umat Islam.


Umat Islam yang melakukan korupsi, suap, manipulasi, dan curang dalam kehidupan politik. Umat Islam yang bertransaksi dengan riba dalam kehidupan ekonomi. Umat Islam yang meramaikan tempat hiburan dan prostitusi dalam keremangan malam, bahkan siang sekalipun. Umat Islam yang memenuhi meja-meja judi disetiap pelosok kota dan negeri. Umat Islam yang banyak menjadi korban narkoba. Umat Islam dan sebagian kaum muslimat yang buka aurat bahkan telanjang ditonton masyarakat. Dan masih banyak lagi daftar kejahatan sebagain umat yang mengaku umat Islam. Dan itulah potret dan realitas umat Islam hari ini.
Dan ketikan umat Islam terus mengikuti pola hidup Yahudi dan Nashrani dan mengekor pada kepentingan mereka, maka akan berakibat sangat buruk yaitu murtad dan jatuh pada jurang kekafiran. Naudzubillahi min dzaalik. Semoga kita diselamatkan dari bahaya tersebut sebagaimana yang Allah ingatkan kepada kita semua: "Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman." (Ali Imran: 100)

REALITA UMAT ISLAM SEKARANG

Tidak dapat dipungkiri bahwa era sekarang adalah Era Amerika Serikat (al-Ashr al-Amriki). Seluruh dunia memiliki ketergantungan yang sangat besar terhadap AS, Israel dan sekutunya. AS dan Eropa yang beragama Nashrani dan Israel yang Yahudi sangat kuat mencengkeram dunia Islam. Bahkan sebagiannya dibawah kendali langsung mereka seperti Arab Saudi, Kuwait, Mesir, Irak dan lain-lain. Realitas yang buruk ini telah diprediksikan oleh Rasulullah saw. dalam haditsnya: Dari Said Al-Khudri, dari Nabi saw bersabda:" Kamu pasti akan mengikuti sunah perjalanan orang sebelummu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta hingga walaupun mereka masuk lubang biawak kamu akan mengikutinya". Sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah saw apakah mereka Yahudi dan Nashrani". Rasul saw menjawab, "Siapa lagi!" (H.R. Bukhari dan Muslim)
Beginilah nasib dunia Islam di akhir jaman yang diprediksikan Rasulullah saw. Mereka akan mengikuti apa saja yang datang dari Yahudi dan Nashrani, kecuali sedikit diantara mereka yang sadar. Dan prediksi tersebut sekarang benar-benar sedang menimpa sebagian besar umat Islam dan dunia Islam.
Dari segi kehidupan sosial, sebagian besar umat Islam hampir sama dengan mereka. Hiburan yang disukai, mode pakaian yang dipakai, makanan yang dinikmati, film-film yang ditonton, bebasnya hubungan lawan jenis dan lain-lain. Pola hidup sosial Yahudi dan Nashrani melanda kehidupan umat Islam dengan dipandu media massa khususnya televisi.
Dalam kehidupan ekonomi, sistem bunga atau riba mendominasi persendian ekonomi dunia dimana dunia Islam secara terpaksa atau sukarela harus mengikutinya. Riba' yang sangat zhalim dan merusak telah begitu kuat mewarnai ekonomi dunia, termasuk dunia Islam. Lembaga-lembaga ekonomi dunia seperti IMF, Bank Dunia, WTO dll mendikte semua laju perekonomian di dunia Islam. Akibatnya krisis ekonomi dan keuangan disebabkan hutang dan korupsi menimpa sebagian besar dunia Islam.
Begitu juga pengekoran umat Islam terhadap Yahudi dan Nashrani terjadi dalam kehidupan politik. Politik dibangun atas dasar nilai-nilai sekuler, mencampakkan agama dan moral dalam dunia politik, bahkan siapa yang membawa agama dalam politik dianggap mempolitisasi agama. Begitu buruknya kehidupan politik umat Islam, sampai departemen yang mestinya mencerminkan nilai-nilai Islam, yaitu departemen agama, menjadi departemen yang paling buruk dan sarang korupsi.
WAHN


Buruknya realitas sosial politik umat Islam di akhir zaman disebutkan dalam sebuah hadits Rasulullah saw., beliau bersabda: Dari Tsauban berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Hampir saja bangsa-bangsa mengepung kamu, seperti kelompok orang lapar siap melahap makanan". Berkata seorang sahabat, "Apakah karena jumlah kami sedikit pada waktu itu?" Rasul saw. menjawab, "Jumlah kalian pada saat itu banyak, tetapi kualitas kalian seperti buih ditengah lautan. Allah mencabut rasa takut dari musuh terhadap kalian, dan memasukkan kedalam hati kalian penyakit Wahn". Berkata seorang sahabat, "Wahai Rasulullah saw., apa itu Wahn?" Rasul saw. berkata, "Cinta dunia dan takut mati." (H.R. Ahmad dan Abu Daud)
Inilah sebab utama dari realitas umat Islam, yaitu wahn. Penyakit cinta dunia dan takut mati sudah menghinggapi mayoritas umat Islam, sehingga mereka tidak ditakuti lagi oleh musuh, bahkan menjadi bulan-bulanan orang kafir. Banyak umat Islam yang berkhianat dan menjadi kaki-tangan musuh Islam, hanya karena iming-iming dunia. Bangsa Amerika, Israel dan sekutunya menjadi kuat di negeri muslim, karena di setiap negeri muslim banyak agen dan boneka AS dan Israel. Bahkan yang lebih parah dari itu, bahwa agen AS dan Israel itu adalah para penguasa negeri muslim sendiri atau kelompok yang dekat dengan penguasa.
Dunia dengan segala isinya seperti harta, tahta dan wanita sudah sedemikian kuatnya memperbudak sebagian umat Islam sehingga mereka menjadi budak para penjajah, baik AS Nashrani dan Israel Yahudi. Dan pada saat mereka begitu kuatnya mencintai dunia dan diperbudak oleh dunia, maka pada saat yang sama mereka takut mati. Takut mati karena takut berpisah dengan dunia dan takut mati karena banyak dosa. Demikianlah para penguasa dunia Islam diam, pada saat AS membantai rakyat muslim Irak, dan Israel membantai rakyat muslim Palestina. Oleh : dakwatuna

PENYIKAPAN TERHADAP AL-QUR'AN

Pensikapan sebagian umat Islam terhadap kitab suci Al-Qur'an sebagaimana Yahudi dan Nashrani mensikapi Taurat dan Injil. Kemiripan sikap ini pula menimbulkan fenomena dan dampak yang agak sama yang menimpa antara umat Islam dengan mereka. Beberapa kemiripan tersebut seperti disebutkan dalam informasi Al-Qur'an dan Hadits sbb:
1. Umiyah (Buta Huruf tentang Al-Qur'an)
Allah berfirman, "Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga." (Al-Baqarah 78)
Sifat yang menimpa bangsa Yahudi terkait dengan kitab Tauratnya juga menimpa umat Islam terkait dengan Al-Qur'an, dimana mayoritas umat Islam buta huruf tentang Al-Qur'an, dalam arti tidak pandai membacanya apalagi memahaminya dengan baik.
2. Juz'iyah Al-Iman (Parsial dan Tidak Utuh dalam Mengimani Al-Qur'an)
Allah berfirman, "Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat." (Al-Baqarah 85)


Ayat yang menyebutkan sikap Bani Israil terhadap Taurat ini juga menimpa umat Islam dimana banyak diantara mereka yang beriman pada sebagian ayat Al-Qur'an dan ingkar pada sebagian ayat yang lain. Umat Islam banyak yang beriman pada ayat yang mengajarkan shalat, puasa dan haji, tetapi mereka juga mengingkari ayat atau ajaran lain seperti tidak mengimani pengharaman riba', tidak beriman pada ayat-ayat yang terkait hukum pidana (qishash dan hudud) dan hukum-hukum lain yang terkait dengan masalah politik dan pemerintahan.
3. Ittiba Manhaj Al-Basyari (Mengikuti Hukum Produk Manusia)
"Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?"
(QS Al-Maa-idah 49-50)
Inilah musibah terbesar yang menimpa umat Islam di hampir seluruh dunia Islam pada akhir zaman, mereka mengikuti hukum sekuler buatan manusia. Bahkan di negara yang mayoritas penduduknya umat Islam, mereka tidak berdaya bahkan menolak terhadap pemberlakuan hukum Islam. Kondisi ini akan tetap berlangsung sehingga mereka merubah dirinya sendiri, berda'wah dan membebaskan dari semua pengaruh asing yang menimpa umat Islam.
4. Tidak Memahami Kedudukan Al-Qur'an
"Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar." (Al-Israa':9)
Umat Islam tidak mengetahui dan tidak mendudukkan Al-Qur'an sesuai fungsinya. Al-Qur'an yang berfungsi sebagai hidayah untuk manusia yang hidup tetapi banyak diselewengkan, Sebagian umat Islam hanya menggunakan Al-Qur'an terbatas sebagai bacaan untuk orang meninggal dan dibaca saat ada orang yang meninggal. Al-Qur'an yang berfungsi sebagai pedoman hidup hanya ramai di musabaqahkan. Sebagaian yang lain hanya menjadikan Al-Qur'an sebagai kaligrafi yang menjadi hiasan dinding di masjid-masjid atau di tempat lainnya. Sebagian yang lain menjadikan Al-Qur'an sebagai jimat, yang lain hanya menjadi pajangan pelengkap perpustakaan yang jarang dibaca atau bahkan tidak pernah dibaca.
5. Hajr Al-Qur'an (Meninggalkan Al-Qur'an)
Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an ini suatu yang tidak diacuhkan".
Meninggalkan Al-Qur'an adalah salah satu masalah besar yang menimpa umat Islam. Umat Islam banyak yang meninggalkan Al-Qur'an, dalam arti tidak memahami, tidak membaca, tidak mentadaburi, tidak membaca, tidak mengamalkan dan tidak menjadikan pedoman hidup dalam kehidupan mereka. Umat Islam lebih asyik dengan televisi, koran, majalah, lagu-lagu, musik dan lainnya. Jauhnya umat Islam menyebabkan hinanya mereka dalam kehidupan dunia. Salah satu rahasia kejayaan umat Islam apabila mereka komitmen dengan Al-Qur'an dan menjadikannya pedoman hidup.

;;